dibalik doa terdapat usaha

 Pada tanggal 11 bulan Robi'ul Tsani 561 H, Syaikh Abdul Qodir Jaelani usia 91 wafat. Di dalam manaqib Syaikh Abdul Qodir Al-Jaelani.           Disebutkan bahwa ada seorang pedagang bernama Abul Mudloffar Hasan bin Tamim al-Baghdadi sowan kepada Syaikh Hammad bin Muslim bin Darwah Ad-Dabbas pada tahun 521 H. Pedagang itu berkata: "Wahai tuanku, telah disiapkan sebuah kafilah dagang ke Syam untukku dengan modal tujuh ratus dinar". Dari kisah ini kita mendapatkan hikmah berupa sowan dulu kepada orang sholih untuk meminta doa restu sebelum memulai sesuatu yang penting, semisal bekerja atau menikah. Hal itu juga dilakukan oleh Sayyidina Jabir yang meminta izin menikah kepada Rosululloh dalam hadist: عن جابر قال: غزوت مع رسول الله ‏ ‏صلى الله عليه وسلم، ‏ ‏قال: فتلاحق ‏بي النبي ‏صلى الله عليه وسلم ‏وأنا على ‏ ‏ناضح ‏ ‏لنا قد أعيا فلا يكاد يسير، فقال لي: ما لبعيرك؟. قال قلت: عيي، قال: فتخلف رسول الله ‏ ‏صلى الله عليه وسلم ‏فزجره ودعا له، فما زال بين يدي الإب...

Janganlah berteman dengan kebodohan

Risalatul Mudzakarahnya hal: 72

 Kebodohan adalah puncak dari kejelekan, dan munculnya bahaya! Dia dan penyandangnya masuk dalam keumuman sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallama:
 الدنيا ملعونة ملعون ما عليها إلا ذكر الله وعالم ومتعلم “

Dunia dan isinya di laknat, kecuali —yang— berdzikir pada Allah, Alim, dan Pelajar.” Diriwayatkan: “Sungguh! Waktu Allah menciptakan kebodohan. Dia berfirman: ‘Menghadaplah kesini!’. Tapi kebodohan malah mundur. Ketika Allah berfirman: ‘Mundurlah!’, kebodohan malah maju. Lalu Allah Ta’ala berfirman: ‘Demi sifat mulyaKu. Aku tak pernah menciptakan makhluk yang lebih membuatKu murka daripadamu! Dan kelak, akan kutempatkan engkau di maklukKu yang paling jelek!’”. 

Sayyidina Ali karramallahu wajhah berkata: 
“Tiada musuh lebih menjengkelkan daripada kebodohan! Sedang manusia musuh dari yang tak ia tahu!” 
Cacian sifat bodoh maklum baik dengan dalil naqli ataupun aqli. Yang siapapun tak akan samar. Sebab orang bodoh, bisa terjebak dalam *meninggalkan ketaatan dan melakukan maksiat,* baik sadar atau tidak. Karena dia tidak tahu mana kategori taat yang Allah perintahkan untuknya, atau maksiat yang Allah cegah baginya. Hanya dengan cahaya ilmu, kebodohan bisa sirna! ... 

Sungguh! Imam Malik bin Dinar berkata: “Yang mencari ilmu hanya untuk dirinya sendiri. Sedikit saja, sudah cukup. Namun, yang mencari ilmu untuk manusia dan masyarakat —ingat!— kebutuhan mereka, banyak!” 

Wallahu a’lam bis-shawaab.
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini